Selasa, 20 Oktober 2009

PERTEMUKAN KELUARGA PAHLAWAN DENGAN INTI BALI







MEMPERTEMUKAN KELUARGA PAHLAWAN 6 DESA DENGAN ANGGOTA INTI BALI.

Terkait dengan perayaan IMLEK yang dilaksanakan oleh rekan dari INTI Bali yang dikomandani oleh Cahaya Wirawan Hadi, pada tanggal 2 pebruari 2009 saya telah berhasil menghadirkan 23 orang keluarga pahlawan dari 6 desa seputar Monumen Blahkiuh yakni desa Blahkiuh, Punggul, Bongkasa, Taman, Selat, dan Sangeh. Sebagai ucapan terimakasih pada pahlawan fihak INTI Bali telah memberikan tali kasih berupa sembako dan keperluan lainnya disamping amplop berisi uang masing masing sebesar Rp. 250.000,--
Pertemuan tsb. dikemas dengan sangat apik dilengkapi pula dengan hiburan musik tunggal yang dilakukan oleh anak anak etnis Tionghwa dengan membawakan lagu lagu pujian untuk pahlawan, selain lagu lagu bebas yang dilakukan oleh peserta pertemuan yang saat itu dihadiri oleh team dokter yang melakukan pengabdian dengan melaksanakan pengobatan gratis kepada masyarakat dan keluarga pahlawan, juga oleh veteran, pengurus Ikatan Keluarga Pahlawan Bali dan para Kepala desa dan Camat.
Pada kesempatan tsb. dimanfaatkan pula oleh I Wyn Terimayasa (putra pahlawan I Md Regug) untuk menyanyikan sebuah lagu “Ayah” yang dipersembahkan kepada ayahndanya tercinta. Sebagai pemrakarsa mewakili putra putri pejuang dan pahlawan saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh anggota INTI Bali yang hadir. Acara ini diliput oleh media cetak dan media eletronik dimana pada kesempatan tsb. saya yang didampingi oleh ketua INTI Bali Cahaya Wirawan Hadi dan penasehat INTI Prof. Wyn Windia diwawancarai oleh crew TV dan juga oleh beberapa wartawan.










MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN 10 NOP. 2008 DAN 20 NOP. 2008

Terkait dengan perayaan hari pahlawan 10 Nopember dan hari puputan Margarana 20 Nopember 2008 kami melakukan pengobatan gratis kepada masyarakat desa Pungggul dan sekitarnya yang mengambil lokasi dirumah saya di banjar Kelodan desa Punggul. Sekitar 450 orang masyarakat desa Punggul dan sekitarnya membanjiri lokasi pengobatan gratis yang dilakukan oleh sekitar 7 orang dokter diantaranya 3 orang dokter spesialis dengan bantuan obatan – obatan dari sebuah yayasan dari Korea Selatan.
Pelayanan penyambutan dan memberian obatan obatan dilakukan dengan langsung oleh team dari Korsel tsb. dengan sangat ramah dan memuaskan.
Disamping melalui pelayanan yang sangat memuaskan para pasien juga disuguhi snack untuk dibawa pulang kerumahnya masing – masing.
Pada malam harinya kami mengadakan sarasehan dengan sekitar 350 orang mahasisiswa dan siswa SMA dari seluruh Bali yang malam itu bermalam dirumah saya dan dirumah penduduk didesa Punggul dan Blahkiuh.
Poelaksanaan seminar dilakukan diwantilan desa Punggul yang dihadiri pula oleh perangkat desa Punggul. Sebelum melaksanakan sarasehan para peserta napak tilas melakukan sembahyang bersama di Pura Desa Punggul. Ceramah diawali oleh pembicara ( saya sendiri) dilanjutkan oleh rekan Prof Windia (anak pejuang) selanjutnya oleh I Gst Rai Susandi (veteran) dan terakhir oleh Md Adi Susila (anak pejuang).
Esok paginya acara dilanjutkan dengan napak tilas dengan mengambil start dari Monumen Blah kiuh – Sangeh – Selat – Punggul dan terakhir kembali dan bubar di Monumen Blahkiuh. Lintasan yang dipilih adalah lintasan yang meliwati beberapa lokasi penting seperti lokasi penyergapan NICA untuk pertama kalinya tgl. 2 Maret 46 disebelah utara desa Blahkiuh, lokasi penyergapan NICA deselatanan desa Sangeh dengan menggunakan ranjau darat / main, penyergapan HP dikuburan Samuan Kangin yang menyebabkan 2 orang HP mati dan seorang ditangkap hidup hidup oleh paejuang yang dipimpin Oleh I Gst Komp. Regig Sugriwa dari Punggul, dan terakhir melewati tempat eksekusi 3 orang pejuang A A Alit Reta, I Nym Kantun dan I Gst Pt Pegil yang lokasinya didepan rumah Biang Basug didesa Selat.

Jumat, 16 Oktober 2009

RAKYAT MENDAMBAKAN “THE LIVING LEADER”

Menjelang pergantian pimpinan daerah biasanya sudah mulai bertebaran promosi pujian tentang kehebatan dan superioritas seorang calon baik liwat baliho maupun liwat media koran maupun TV. Para kandidat terkesan begitu baik hati menyatu dengan rakyat sepertinya tiada jarak antar mereka. Biasanya masa pemanjaan masyarakat seperti ini tak lebih dari 3 bulan saja selebihnya 57 bulan lagi jangan harap bisa ketemu para pejabat bahkan no. HPnya pun langsung berubah. Banyak yang berteori tinggi bahwa jika akan menjadi pemimpin seorang kandidat harus minimal S1 (sarjana), harus kompeten / capable, harus cerdas, harus berpengalaman harus berpengetahuan luas. Apalagi harus berpenampilan meyakinkan (tidak cacat). dst. dst.
Dalam pandangan saya teori yang serba “harus” itu sifatnya personality dari sisi luar ke dalam (outside in) yang saat ini sudah kurang layak jual. Sudah saatnya digantikan oleh prinsip-prinsip baru. Prinsip dari dalam keluar (inside out).
Belajar dari pengalaman yang lalu semua keharusan itu nyatanya tidak atau kurang relevan lagi. Jika dibandingkan dengan keharusan yang lebih fundamental yaitu hati yang bersih (jujur), jiwa yang besar (murah hati), dan budi pekerti yang mulia (moral dan martabat).
Ada pendapat yang mengatakan bahwa para pemimpin / wakil rakyat kita yang ternyata banyak diterpa kasus kasus yang tak terpuji bukannya karena kurang pandai melainkan kurang punya moral. Pemimpin masa kini dan masa depan yang dibutuhkan masyarakat adalah pemimpin yang hatinya untuk rakyat (inside out). Pemimpin yang "hidup" di dalam. Maka yang keluar darinya adalah segala yang hidup, kebaikan dan kemuliaan.
Jika ia ingin kaya, rakyatnya dulu harusnya yang dibuat kaya. Jika ia ingin sejahtera rakyatnya dulu yang dibuat sejahtera. Jika ia ingin meraih sukses rakyatnya dulu yang dibuat sukses dst. Rakyatlah yang harus dimuliakan. Jangan sebaliknya hak rakyat yang dirampas oleh pemimpin. Lihatlah ketika seorang pejabat sekalipun hanya setingkat daerah jika sedang berkendaraan semua jalan mesti steril, sirine mobil pengawal membahana ke udara. Kendaraan rakyat jelata mesti menepi menunggu kendaraan sang pejabat tersebut lewat.
Ketika Mahathir Mohammad masih menjadi PM Malaysia ia dapat berjalan dengan santai menemui rakyatnya sambil berbelanja di Kuala Lumpur City Center tanpa pengawalan super ketat VVIP.
Di Inggris misalkan, sudah menjadi tradisi para anggota parlemen menggunakan transportasi umum untuk pergi ngantor. Perilaku yang sama juga ditunjukkan para anggota parlemen di Singapura. Bahkan, di Singapura ada sebuah program yang merupakan sebuah tradisi dan harus dilakukan oleh para anggota parlemen. Program tersebut adalah program meet the people.
Seorang pemimpin bangsa yang humble heart (rendah hati dan legowo) seperti Mahatma Gandhi dari India karena didera diskriminasi dan ketidakadilan oleh penguasa, hati dan jiwanya tertantang. Dari titik itulah Gandhi mulai melayani rakyatnya. Mempersembahkan hidupnya bagi orang lain. Meyakininya dengan teguh. Memperjuangkannya dengan gigih, ulet, dan tekun. Ahimsanya adalah wujud dari cintanya dan pengorbanannya yang besar bagi rakyatnya. Beliau tak pernah merasa mengalahkan siapapun tetapi musuh musuhnya mengakui kemenanggannya. Bahkan beliau tak pernah mau ditawari kursi PM India hingga ia meninggal 30 Januari 1948.
Barack Obama presiden Amerika ( type Hight Hope dan Huge Result) bukanlah berasal dari keluarga kalangan atas, dia menapak kariernya dari bawah, bergerak dari bidang sosial kemasyarakatan blusukan kedaerah daerah kumuh. Dalam sebuah situs online disebutkan bahwa setelah menyelesaikan Bachelors of Arts Obama mengelola proyek nirlaba kemudian menyusun program pelatihan kerja bagi penduduk yang tinggal di lingkungan miskin. Tugas Obama antara lain mendatangi rumah satu per satu guna mendata berbagai permasalahan warga. Mulai dari perkara selokan mampet, air ledeng cuma menetes, sampai bagaimana caranya mengatasi persoalan pelacuran.
Tidak mudah karena Obama lebih banyak ditolak daripada dipersilakan masuk rumah. Bahkan diusir dan dimaki-maki. Sejarah kemudian mencatat Obama sukses menambah jumlah organisasi anti kenakalan remaja, membuat sistem manajemen sampah, memperbaiki jalan raya, membersihkan selokan dan menyusun keamanan mandiri. Harvard Law School pun menawari bea siswa kepadanya. Kemudian berbekal kemampuannya menyelesaikan berbagai masalah sosial kemasyarakatan karir politik Obama terus menanjak perlahan-lahan sampai akhirnya ia terpilih sebagai presiden pertama di Amerika Serikat yang berkulit hitam.
Ada orang berpendapat bahwa Indonesia adalah negara unique, rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi yang mesti mendapat prioritas pelayanan utama justru menjadi pelayan pejabat dan wakil yang dipilihnya.
Pada akhirnya itulah yang tergambar dari pandangan seorang Indonesianis Benedict Anderson, Is Indonesian Nationalism Unique? Apakah Nasionalisme Indonesia Unik? jawabnya tidak, yang unik adalah perilaku elit politik bangsa yang terkadang bak pepatah kacang lupa akan kulitnya.

Denpasar, 9 Oktober 2009


( I Gst Ngr Munang Wirawan )
Jln. A. Yani 177 Denpasar.

MELAWAN MITOS

PERJUANGAN PEMUDA MELAWAN MITOS
Dalam memaknai hari Sumpah Pemuda 28 Oktober sudah merupakan kewajiban bagi setiap pemuda bahkan setiap entitas bangsa Indonesia melanjutkan proses renaissance Bangsa Indonesia demi tercapainya masyarakat adil dan makmur sesuai dengan harapan para founding fathers kita.
Pasalnya, kelompok pemuda sebagai salah satu fase kehidupan manusia yang didominasi oleh aktivitas pencarian jati diri memiliki karakter ideal sebagai barisan pendobrak. yang pantang menyerah, teguh pada prinsip, dan giat berkomunitas. Sejarah dunia juga mencatat kelompok gerakan pemuda merupakan ikon perubahan zaman. Setiap fase perubahan tata kehidupan di muka bumi ini cenderung didominasi munculnya oleh aktivitas kelompok pemuda.
Dalam konteks Indonesia saat ini tujuan gerakan pemuda bukan hanya merekatkan kembali keping-keping semangat kebangsaan, menyempurnakan, bahkan juga harus menanamkannya kembali ke dada setiap manusia Indonesia.
Untuk mencapai kondisi tersebut maka kelompok pemuda dituntut memiliki kemampuan untuk mempresentasikan tujuannya kepada rakyat dalam upaya mentransformasikan tujuan tsb. menjadi tujuan segenap entitas bangsa yang akan mewujudkan tindakan kolektif dalam pencapaian Indonesia Raya.
Konkritnya dari tujuan tsb. adalah keharusan kelompok pemuda untuk mendekontruksikan mitos pasar, parpol, dan uang (gaya hidup pragmatisme) yang telah berurat akar di benak masyarakat Indonesia. Ketiga mitos tsb. merupakan pangkal dan sumber melunturnya rasa kebangsaan, dengan cara melemahkan kehendak untuk maju bersama, menipiskan solidasritas sosial, dan mengikis cita-cita bersama sebagai bangsa.
Paling tidak ada empat kerja strategis kelompok pemuda yang harus dilakukan dalam mendekontruksi mitos-mitos tersebut. Yaitu:
Menciptakan gagasan secara terbuka dan diterima secara legal organisasi, komunitas, dan kelompok.
Memiliki akses terhadap media.
Terlibat secara intens dalam perjuangan pro kerakyatan yang sedang berlangsung sebagai kekuatan independen.
Melakukan pendidikan kritis kepada masyarakat.
Tentunya pencapaian tujuan tersebut tidak dapat dikatakan mudah. Pasalnya, pemuda bukan sekedar melakukan dekontruksi mitos ke luar tetapi juga yang membelenggu dirinya sendiri. Tak bisa dipungkiri kalau kelompok pemuda pun kadang kadang masih diidentikkan dengan mitos-mitos negatif tertentu. Seperti:
Keras kepala
Terlalu percaya diri.
Grasa-grusu.
Ambisius.
Belum matang sebagai manusia dewasa.

Dengan demikian cara yang bijak adalah tetap bergerak. Sekaligus mematahkan mitos-mitos tersebut dengan melakukan tindakan-tindakan nyata di masayarakat. Hal ini untuk menghindari agar perjuangan kelompok muda tidak semakin dijuluki NATO (Not Act Talk Only), tidak sabaran, dan konyol. Semoga !!
Denpasar, 15 Oktober 2009


I Gst Ngr Munang Wirawan
Jln. A. Yani 177 Denpasar